dewi

Minggu, 28 Oktober 2012

Pariwisata Pura Di Bali

Pura Susunan Wadon ditilik dari namanya sedikit unik. Betapa tidak, kata “wadon” dalam terminologi Jawa adalah perempuan. Pura ini merupakan salah satu peninggalan masa lampau yang tentunya memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Sehingga yang berkunjung kesini bukan hanya masyarakat sekitar atau turis domestik saja, banyak juga turis asing yang mengunjungi karena penasaran terhadap pura ini.
Pura ini memiliki posisi yang berdekatan dengan Pura Sakenan—hanya sekitar 1 km saja. Seperti pada umumnya pura–pura yang ada di Bali, Pura Susunan Wadon berkonsep tri mandala yang terdiri atas tiga halaman yaitu: halaman dalam (jeroan), halaman tengah (jaba tengah), dan halaman luar (jabaan). Penasaran apa itu konsep Tri Mandala, sebaiknya berkunjung kesini untuk membedah konsep tersebut langsung di lokasi.
Pura Susuna Wadon diperkirakan dibangun pada zaman Kerajaan Mengwi abad XVI – XVII Masehi, hal ini dibuktikan dengan bentuk arsitektur bangunan yang sama dengan Pura Ulu Watu dan Pura Taman Ayun. Pura ini tergolong dalam pura kahyangan yang mempunyai luas area kira-kira 400 m² dengan Luas Bangunan 12 m². Upacara yang sering diadakan di Pura Pura Susunan Wadon ini adalah Manis Kuningan.
Saat ini Pura Susunan Wadon dikelola, dirawat, dipelihara serta dijaga oleh warga Desa Pekraman Serangan. Untuk dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung yang datang ke Pura Susunan Wadon terdapat area parkir yang cukup luas disekitar lingkungan pura. Jadi, bagi Anda yang membawa kendaraan entah itu roda dua atau roda empat tak usah khawatir dan bingung ketika akan memarkir kendaraan Anda.
Lokasi Pura
Pura Susunan Wadon berada di Dusun Banjar Dukuh, Desa Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Provinsi Bali –Indonesia.

Pura Lempuyang

Lukisan Indah Alami Memanjakan Mata di Lempuyang Luhur

Sekitar 22 kilometer di utara dari ibu kota Karangasem, atau beberapa kilometer sebelum Amed, berdiri Bukit Gamongan antara Puncak Bisbis. Di sana, terdapat Pura yang disebut Pura Lempuyang Luhur. Sejarah Pura ini belum terungkap, tapi terdapat dua lontar, lontar Sading dan lontar Prasasti Dewa Purana Bangsul. Lontar pertama menceritakan bahwa pada tahun 1072 Saka, Sri Maharaja Jayasakti diberitahu oleh ayahnya untuk pergi ke Bali untuk membangun sebuah Pura, yang akan menjadi penyelamat Bali di Gunung Lempuyang.
Pada lontar kedua disebutkan bahwa Parameswara mengirimkan anak-anaknya, terutama Sri Gnijayasakti, untuk pergi ke Bali dan menjadi penyelamat pulau. Lempuyang adalah sebuah kata Jawa yang dalam bahasa Bali berarti gamongan, sehingga orang Bali menganggap Pura di Bukit Gamongan sebagai Pura Lempuyang.
Terdapat enam Pura di sepanjang jalan ke Pura Lempuyang Luhur, yang terletak di puncak bukit. Untuk mencapai Pura, kesabaran dan kemurnian jiwa kita diuji, dan bukan kekuatan fisik kita.
Pura pertama terletak tidak terlalu jauh dari tempat parkir. Pintu masuk Pura sangat menakjubkan, patung naga yang panjang menjaga tangga dengan ekor mereka melingkar di bagian atas tangga. Dari Pura ini ke Pura kedua yang disebut Pura Telaga Mas, anda dapat pergi baik dengan berjalan kaki atau dengan ojek motor. Menggunakan ojek motor, kita dapat menikmati angin sejuk, sementara berjalan kaki melalui jalan berbukit-bukit akan memberikan manfaat bagi kesehatan anda dan juga akan memberi lebih banyak waktu untuk memperoleh inspirasi dari pemandangan di sekitarnya.
Dari Pura Telaga Mas ke Pura berikutnya, tidak ada pilihan lain selain hiking. Perjalanan akan sedikit sulit, dan anda akan merasa seperti memanjat tangga yang tidak pernah berakhir. Pura keempat terletak bersebelahan dengan Pura ketiga. Pura Puncak Bisbis adalah Pura kelima setelah melalui tangga panjang di tanah yang keras. Pura ini lebih tua dan sepi, berdiri tenang di tengah-tengah hutan lebat. Di belakang Pura ini terdapat jalan sempit dan medan sulit yang berupa anak tangga sepanjang 1 kilometer dan berakhir di Pura Pasar Agung, yang merupakan Pura keenam di mana banyak orang, terutama pedagang dan pengusaha, berdoa untuk kesuksesan dalam bisnis dan usaha mereka.
Ini merupakan perjalanan yang sulit ditakulkkan, sepanjang jalan adalah hamparan jalu menanjak yang harus dilakukan, dan terkadang menemui tanah gembur yang mudah longsor. Hutan disekitarnya tidak terlalu lebat tetapi terdapat pepohonan tua dan pohon pandan raksasa yang mengelilingi jalanan yang dapat membuat perjalanan sedikit gelap. Daerah ini adalah rumah bagi para monyet abu-abu, mereka tidak mengganggu tapi tetap saja lebih baik bila anda tidak memberi makan saat anda melewati mereka.
Kekaguman dan kemurnian jiwa meluap. Pada bagian utama Pura yang tidak terlalu luas, dimana terdapat tiga lokasi yang merupakan tempat bagi bamboo-bambu berukuran sedang yang dianggap suci. Udara sejuk dan tidak tercemar mengisi paru-paru, suasana tenang akan menenangkan jiwa, dan kesucian kawasan ini memberikan perasaan aman yang fantastis. Tidak hanya itu, lukisan indah alami di sekitar perbukitan memanjakan mata. Semua rasa sakit dan kelelahan akan terlepas.

Daftar Pura di bali  :
Tanah Lot' adalah sebuah objek wisata di Bali, Indonesia. Di sini ada dua pura yang terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan. Pura Tanah Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut.




Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa. Ia adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Ia menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura disana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben 'akhirnya' menjadi pengikut Danghyang Nirartha.





Obyek wisata tanah lot terletak di Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat Tabanan. Disebelah utara Pure Tanah Lot terdapat sebuah pura yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan (melengkung). Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam (sunset), turis-turis biasanya ramai pada sore hari untuk melihat keindahan sunset di sini. Odalan atau hari raya di Pura ini diperingati setiap 210 hari sekali, sama seperti pura-pura yang lain. Jatuhnya dekat dengan perayaan Galungan dan Kuningan yaitu tepatnya pada Hari Suci Buda Cemeng Langkir. Saat itu, orang yang sembahyang akan ramai bersembahyang di Pura Ini.


Rambut Siwi temple


Pura Rambut Siwi Candi terletak di sebelah timur dari Yeh Embang Desa, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana. Itu adalah sekitar 10 km dari Negara dan dapat dicapai oleh mobil. Antara Air Satang dan Yeh Embang, pengalihan pendek dari jalan utama mengarah ke kuil pantai yang indah Pura Rambut Siwi.

Pura Rambut Siwi adalah salah satu Pura Hindu terbesar di Bali yang terletak di Kabupaten Negara, Bali bagian barat. Ini adalah sebuah kuil Hindu yang indah diatur di bank tebing dengan Samudera Hindia yang luas hanya di depan candi. Candi ini telah direnovasi dan pindah ke puncak bukit untuk lokasi yang lebih baik dari menyembah kepada dewa. Rambut Siwi Temple atau masyarakat setempat menyebutnya Pura Rambut Siwi didukung oleh penduduk lokal termasuk kegiatan pemeliharaan, upacara dan lainnya.
Pura Rambut Siwi menunjukkan jalan kecil di sebelah kiri dekat truk berhenti populer. Jalan mengarah ke hutan teduh kurang dari setengah mil jauhnya, di mana candi berdiri di atas tebing yang menghadap ke laut. Ada sejumlah kuil di seluruh Bali memperingati peristiwa ajaib dalam kehidupan imam abad ke-16 Jawa,

 
Danghyang Nirartha. Yang satu ini berisi peninggalan, seikat rambut bijak (Rambut) yang dihormati (siwi). Cerita berlanjut bahwa ketika Danghyang Nirartha pertama tiba dari Jawa dan bepergian di padang gurun barat dalam perjalanan untuk menampilkan dirinya kepada raja Bali di Gelgel, ia mendengar dari epidemi yang mengerikan di Desa Gading Wani. Danghyang Nirartha pergi ke sana dan dibuang penyakit. Penduduk desa bersyukur memintanya untuk tinggal dan menetap di sana, namun Danghyang Nirartha merasa terpanggil untuk Gelgel, dan meninggalkan mereka seikat rambutnya sebagai tanda pelindung. Itu di sini bahwa Danghyang Nirartha diberi kehormatan "Pedanda Sakti Wawu Rawuh" yang berarti 'imam baru tiba tinggi kuat. Candi ini dibangun halus dari bata merah dengan indah paras adegan bantuan ini menggambarkan dari dahulu bermain "Arjuna Wiwaha". Sebuah patung yang sangat baik dari Rangda berdiri penjaga di pintu gerbang yang menghadap ke laut. Turun di pantai terdapat candi gua beberapa, salah satu bantalan yang paling penting sebuah mata air suci? Seni Candi di sini adalah modern dan kasar. Di Segara Pura, sekitar 50 meter di pantai, seekor harimau magis dikatakan telah menemukan tempat untuk hidup dalam damai.
rambut siwi temple in the sea

Tidak ada komentar:

Posting Komentar